Rabu, 03 Juni 2009

MASALAH-MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA
DALAM PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR
DI SEKOLAH DASAR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Kelulusan Program D-II PGSD USD







Disusun oleh :
Nama : Purnomo
NIM : 071122034


Program Studi : PGSD
Jenjang : Diploma II
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
Penulisan Tugas Akhir (TA)


Judul :
MASALAH-MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA
DALAM PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR
DI SEKOLAH DASAR


Disusun oleh :
Nama : Purnomo
NIM : 071122034





Dosen Pembimbing :


(Maria Melani Ika Susanti,S.Pd. ) Tanggal, 14 Mei 2009




Tugas Akhir (TA)
MASALAH-MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA
DALAM PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR
DI SEKOLAH DASAR

Disusun oleh :
Nama : Purnomo
NIM : 071122034

Telah dipertanggungjawabkan di depan tim penguji
Pada tanggal 14 Mei 2009 dan dinyatakan LULUS

Tim Penguji Tugas Akhir :
Susunan Tim Penguji: Tanda Tangan
Ketua : Drs. Puji Purnomo, M.Si. .......................
Sekretaris : Rusmawan, S.Pd. .......................
Anggota 1 : Maria Melani Ika Susanti, S.Pd. ......................
Anggota 2 : Drs. Ign. Masidjo ......................
Yogyakarta, 14 Mei 2009
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma ,
Dekan


(Drs.T. Sarkim, M.Ed, Ph. D.)
MOTTO


“APA YANG SEKARANG ADA, TIDAK AKAN TETAP ADA. APA YANG LEMAH, AKAN MENJADI KUAT; YANG KUAT, MENJADI LEMAH. APA YANG SEKARANG BERJALAN, AKAN BERHENTI,DAN APA YANG SEKARANG BERDIRI AKAN JATUH”
(Fransiscus Georgius Josephus van Lith, SJ)


”SPIRIT FOR BETTER”


“ALAM BUKANLAH SEBUAH KUIL, NAMUN SEBUAH BENGKEL
DIMANA MANUSIA BEKERJA DI DALAMNYA”
(Ivan Turgenev)

“BERFOKUSLAH PADA HAL-HAL YANG KECIL, PERHATIKAN DAN AMATILAH APA YANG TERJADI”
(Mario Teguh)
HALAMAN PERSEMBAHAN

Makalah dengan judul
”Masalah-masalah dan Upaya Pemecahannya
Dalam Pelayanan Bimbingan Belajar di Sekolah Dasar”
Khusus saya persembahkan untuk:

Bapak dan ibu yang telah memberikan semangat
dan juga dorongan baik materi maupun kasih sayang terlebih kesabaran.
Terimakasih ya pak dan bu.......

Seluruh dosen PGSD yang selama ini telah memberikan
ilmunya kepada kami dan bimbingannya
selama masa studi di kampus.

Teman-teman PGSD angkatan 2007 khususnya
kelas A terima kasih atas semuanya dan persahabatan
yang pernah kita jalin selama ini dan mudah-mudahan
kita tetap selalu ingat dan tidak putus di jalan.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA


Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.




Yogyakarta, 14 Mei 2009
Penulis

Purnomo












KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ”Masalah-masalah dan Upaya Pemecahannya Dalam Pelayanan Bimbingan Belajar di Sekolah Dasar”. Tujuan kami menulis dan menyusun tugas akhir adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan D-II PGSD Universitas Sanata Dharma. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penulisan tugas akhir. Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi kekuatan dan kesehatan kepada kami.
2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M. Si; selaku Ketua Program Studi D-II PGSD Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd. selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan semangat, petunjuk, saran, informasi, dan pengarahan dalam penulisan tugas akhir ini.
4. Seluruh Dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu kepada kami, baik saat penyusunan tugas akhir maupun selama dalam perkuliahan berlangsung.
5. Kedua orang tua kami Agustinus Witno dan Tuyem yang tidak kering dalam doa dan pengharapan, serta atas segala tetes keringat yang dicurahkan bagi penulis.
6. Teman-temanku Mudika St. Maria dan Yosep Kleben yang telah memberikan semangat dukungan dan kerjasama yang baik untuk penulis.
7. Teman-teman PPL dan teman-teman kelas A yang selalu memberi semangat kepada penulis.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tugas akhir ini mendapat balasan yang setimpal atas niat dan perbuatan baik mereka dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, mengingat kemampuan kami yang terbatas. Harapan kami semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi siapa saja terutama bagi para pembaca.



Yogyakarta, 14 Mei 2009


Purnomo











DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Tujuan Penulisan Makalah 2
C. Manfaat Penulisan Makalah 2
D. Sistematika Penulisan Makalah 3
BAB II. BIMBINGAN BELAJAR 4
A. Hakekat Bimbingan Belajar 4
B. Fungsi Bimbingan 6
C. Tujuan Bimbingan 7
D. Prinsip-prinsip Bimbingan 8
BAB III. MASALAH-MASALAH PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR 10
A. Jenis-jenis Masalah Belajar 10
B. Penentuan Murid-murid yang Mengalami Masalah Belajar 11
C. Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar 15
BAB IV. UPAYA-UPAYA MENGATASI MASALAH PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR 18
A. Kegiatan Pengajaran Perbaikan 18
B. Kegiatan Pengayaan 19
C. Peningkatan Motivasi Belajar dan Keterampilan Belajar 20
D. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik 22
BAB V. PENUTUP 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 27













BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap murid khususnya di Sekolah Dasar memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu menyangkut antara lain kapasitas intelektual, keterampilan, sikap, minat, kemampuan, serta latar belakang kehidupan dalam keluarga dan lain-lain. Berbagai perbedaan yang ada tersebut cenderung akan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya, menguasai bahan-bahan maupun keberhasilan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Guru atau pendidik tentunya mengharapkan bahwa murid datang ke sekolah agar bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Tetapi pada kenyataannya tidak selamanya demikian. Namun ada banyak masalah yang mereka hadapi yang bersumber antara lain dari tugas-tugas, ketidakmampuan mengerjakan tugas, keinginan untuk belajar sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, persaingan dengan teman, kemampuan dasar intelektual yang lemah, kurangnya dukungan orangtua, guru yang kurang ramah, motivasi belajar yang lemah, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi belajar mengajar di kelas, melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh guru atau pembimbing di luar situasi proses pembelajaran yaitu dengan melaksanakan bimbingan belajar.
Oleh karena itu, penulis yang merupakan calon pendidik dan pembimbing merasa tertarik untuk melakukan kajian yang berhubungan dengan ”MASALAH-MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA DALAM PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR”. Penulis merasa bahwa hasil dari penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi dirinya dan orang lain pada umumnya, ketika kelak terjun dalam dunia pendidikan Sekolah Dasar yang sebenarnya.

B. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Memahami tentang layanan bimbingan, fungsi, dan tujuan bimbingan belajar.
2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan bimbingan belajar.
3. Memahami upaya-upaya mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada pelayanan bimbingan belajar di Sekolah Dasar.
4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Studi D-II PGSD Universitas Sanata Dharma.

C. Manfaat Penulisan Makalah
1. Bagi Penulis
Penulis diharapkan mengetahui dan dapat praktik langsung untuk mencoba melakukan bimbingan belajar di sekolah maupun di luar sekolah.
2. Bagi Pembaca
Pembaca mendapatkan pengalaman baru untuk diterapkan pada anak bahwa anak sangat perlu untuk diberikan atau mendapatkan bimbingan belajar.
3. Bagi Guru dan Calon Guru
a. Guru diharapkan dapat memperhatikan keragaman karakteristik perilaku murid untuk dasar penentuan layanan dan jenis bantuan apa yang nantinya dapat diberikan kepada murid.
b. Dapat menjadi bekal bagi calon guru dalam menapaki dunia keguruan di Sekolah Dasar terlebih-lebih dalam membimbing anak..
4. Bagi Pemberi Layanan Bimbingan
Pemberi layanan diharapkan akan lebih tahu masalah-masalah apa yang terjadi pada anak didiknya dan upaya-upaya apa yang tepat untuk digunakan dalam mengatasi masalah-masalah itu.
5. Bagi Prodi PGSD USD
Penulisan makalah ini semoga dapat menambah serta memperkaya referensi Makalah di Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
D. Sistematika Penulisan Makalah
Penulisan makalah yang berjudul ”MASALAH-MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR ” ini terbagi dalam 5 bab:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah.
Bab II berisi tentang bimbingan belajar yang membahas tentang hakekat bimbingan belajar, fungsi bimbingan, tujuan bimbingan, dan prinsip-prinsip bimbingan.
Bab III berisi tentang masalah-masalah pelayanan bimbingan belajar di Sekolah Dasar yang membahas tentang jenis-jenis masalah belajar, penentuan murid-murid yang mengalami masalah belajar, dan faktor-faktor penyebab masalah belajar.
Bab IV berisi tentang upaya-upaya mengatasi masalah pelayanan bimbingan belajar di Sekolah Dasar yang membahas tentang kegiatan pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar dan keterampilan belajar, dan pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Bab V penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
BIMBINGAN BELAJAR

A. Hakekat Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan suatu hal yang perlu untuk kita ketahui. Dalam hal ini peranan bimbingan dan belajar sangat membantu dalam proses bimbingan belajar itu sendiri. Oleh karena itu, kita perlu tahu apa yang dimaksud bimbingan belajar itu.
1. Pengertian Bimbingan
a. Menurut Crow and Crow (1961) dalam Modul Puji Purnomo (2008:1), bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, pria atau wanita, yang memiliki kepribadian yang sesuai dan telah memperoleh latihan yang memadai, kepada orang lain tanpa pembatasan berdasarkan usia, untuk menolongnya mengatur kegiatan-kegiatannya dalam hidupnya sendiri, mengembangkan sudut pandangan sendiri, membuat keputusan sendiri dan memikul beban hidupnya sendiri.

b. Menurut Miller dalam Prayitno (1976:5), bimbingan adalah proses menolong individu-individu untuk memahami dirinya dan mengarahkan dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat membuat pilihan yang tepat dan menentukan perilaku yang perlu dilakukannya untuk mencapai tujuan yang dipilihnya sendiri dengan menempuh cara-cara yang ditentukannya sendiri.
c. Menurut PP No. 29 / 1990 tentang Pendidikan Menengah, Bab X, Pasal 27, ayat 1 bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
d. Menurut Sunaryo Kartadinata (1998:4), bimbingan adalah suatu proses membantu individu untuk mencapai perkembangan yang optimal.
Jadi bimbingan adalah suatu proses untuk membantu seseorang atau individu dalam menemukan, mengenal, dan merencanakan suatu hal untuk mencapai perkembangan yang optimal.
2. Pengertian Belajar
Berikut ini disajikan pengertian belajar dari beberapa ahli menurut Wens Tanlain (2007:7) dalam Modul Strategi Belajar Mengajar:
a. Menurut Hilgard
Hilgard merumuskan bahwa belajar (learning) adalah proses yang di dalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktik atau latihan. Rumusan ini menegaskan 2 hal mengenai belajar yaitu :
1) Kegiatan yang bersifat latihan dan yang bersifat praktik.
2) Perubahan yang terjadi dalam diri berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan yang nampak dalam tingkah laku.
b. Menurut Cropley
Belajar adalah suatu proses dan melalui proses tersebut terjadi pendidikan. Serta proses ini terjadi dalam diri anak sejak dia lahir.
c. Menurut Gagne
Belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah perilaku seseorang dengan cukup cepat.
d. Menurut Garry & Kingsley (1970:15), belajar adalah proses tingkah laku ( dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.
Jadi belajar adalah proses terbentuknya tingkah laku lama menjadi tingkah laku baru pada diri seorang anak melalui kegiatan praktik dan latihan, dimana perubahan tingkah laku ini bersifat menetap.
Dilihat dari pengertiannya masing-masing, maka dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan belajar adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar, agar setelah melaksanakan kegiatan belajar-mengajar mereka (siswa) dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya masing-masing. Dengan kata lain guru disini adalah membantu murid dalam mengenal, menumbuhkembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta dalam rangka menyiapkan kelanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

B. Fungsi Bimbingan
Dalam pelaksanaan bimbingan ada berbagai macam fungsi, menurut Mortensen dan Schmuller dan Moh. Surya dalam Erman Amti (1993:9), fungsi bimbingan antara lain yaitu:
1. Fungsi Pemahaman yaitu mengenalkan pada anak tentang diri sendiri, lingkungan (keluarga dan sekolah) serta berbagai informasi yang menyangkut pendidikan, kondisi sosial, nilai atau informasi-informasi yang perlu bagi anak.
Contohnya: Menyediakan informasi-informasi tentang perkembangan siswa, proses belajar siswa, kurikulum siswa, dan sebagainya; Mengenali siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar; Mengenalkan siswa tentang sekolah dan menyiapkan siswa untuk memasuki sekolah yang lebih tinggi.
2. Fungsi Pencegahan yaitu sesuatu yang diberikan pada anak agar terhindar dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu, menghambat, menyulitkan, atau merugikan proses perkembangan mereka.
Contohnya: Mengontrol agar anak tidak terjerumus dalam permasalahan, membantu siswa memilih sesuatu yang penting untuk perkembangan dirinya.
3. Fungsi Pengentasan (penyembuhan dan perbaikan) yaitu sesuatu yang diberikan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
Contohnya: Memberikan tambahan pelajaran, memberikan program pengulangan (Remidial).
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu untuk memelihara dan mengembangkan berbagai potensi, bakat, keterampilan dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Contohnya: Membantu menyalurkan bakat dan keterampilan anak pada bidang yang sesuai, menyediakan peralatan untuk mendukung potensi, bakat, dan keterampilan anak.

C. Tujuan Bimbingan
Menurut Erman Amti (1993:8), pelayanan bimbingan bertujuan agar peserta didik mampu:
1. Menemukan pribadi yaitu mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri.
2. Mengenal lingkungan yaitu untuk mengenalkan secara objektif lingkungan sosial, ekonomi, budaya (nilai dan norma), fisik serta menerima kondisi lingkungan itu secara positif, dinamis, dan memanfaatkannya untuk pengembangan diri.
3. Merencanakan masa depan yaitu agar siswa mampu mempertimbangkan berbagai kemungkinan dana mengambil keputusan tentang masa depannya sendiri menyangkut bidang pendidikan, lingkungan, pekerjaan, budaya dan kemasyarakatan.
4. Pengembangan sikap dan kebiasaan baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam mengembangkan keterampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
5. Menumbuhkembangkan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.



D. Prinsip-prinsip Bimbingan
Pelayanan Bimbingan di Sekolah juga dilaksanakan dengan suatu prinsip-prinsip tertentu. Berbagai macam prinsip tersebut sesuai yang dikemukakan para ahli (Crow & Crow, 1960; Miller, 1978) dalam Erman Amti (1993:10), adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan adalah untuk semua murid.
Pada dasarnya semua murid memerlukan layanan bimbingan sesuai dengan jenis dan masalah yang dihadapinya. Berdasarkan waktu, tempat, tenaga, dan dana pelaksanaan bimbingan di sekolah kadang-kadang masih terbatas hanya untuk siswa yang bermasalah saja. Namun perlu diketahui bahwa semua murid dalam hal ini bisa mendapatkan bimbingan.
2. Bimbingan melayani murid-murid dari semua usia.
Bimbingan tidak hanya untuk siswa-siswa tingkat sekolah atau kelas-kelas tertentu saja, tetapi adalah untuk semua siswa mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, bahkan juga untuk orang-orang dewasa. Bimbingan diberikan mulai sejak anak memasuki sekolah dan dilanjutkan terus sambil siswa mengalami tahap-tahap maju di sekolah sampai ia menamatkan pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
3. Bimbingan mendorong penemuan dan pengembangan diri.
Dalam pelaksanaan bimbingan guru atau pembimbing kadang-kadang lebih senang memberitahukan kepada murid tentang apa yang harus dilakukan, sehingga murid hanya menerima saja apa yang diberikan guru kepadanya. Hal itu akan mengakibatkan siswa hanya menunggu apa yang diperintahkan atau disuruhkan. Pelaksanaan seperti itu dikhawatirkan akan menimbulkan manusia-manusia yang pasif di kemudian hari. Oleh karena itu, dalam menumbuhkembangkan kemampuan murid dalam menemukan dan mengembangkan dirinya perlu dikurangi pendidikan atau pelayanan bimbingan yang berbentuk “pemberitahuan“ atau “perintah”.
4. Pelaksanaan bimbingan menghendaki adanya kerjasama dari murid, orangtua, dan pemberi jasa (konselor).
Banyak orang telah mengatakan bahwa bimbingan adalah usaha bersama. Hal ini memang benar karena pelaksanaan bimbingan memerlukan kerjasama yang baik khususnya tiga aspek yaitu murid, orangtua, dan pemberi jasa. Tanpa adanya dukungan tersebut pelaksanaan bimbingan tidak akan bejalan lancar.
5. Bimbingan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada individu maupun orang lain.
Pelaksanaan bimbingan adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu, prinsip pertanggungjawaban (akuntabilitas) sangat diperlukan oleh seorang pembimbing. Prinsip pertanggungjawaban ini mengandung pengertian bahwa bimbingan ini baik pelaksanaan maupun hasilnya, hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada individu (siswa) yang dibimbing dan kepada orang lain yang menilai.











BAB III
MASALAH-MASALAH PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR


A. Jenis-jenis Masalah Belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajar murid itu sendiri. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat belajar saja, tetapi juga dapat menimpa pada murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dilihat dari pengertian masalah belajar di atas maka jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar dapat digolongkan atau dikelompokkan kepada murid yang mengalami:
1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki kemampuan yang normal atau cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi. Dilihat dari hasil belajar yang dicapainya, murid yang seperti ini memang tidak dapat digolongkan sebagai murid yang mengalami masalah belajar, yang menjadi masalah adalah bagaimana agar hasil belajar yang dicapainya itu lebih ditingkatkan lagi, atau setidak-tidaknya bagaimana hasil belajar yang telah dicapai itu dapat dipertahankan terus pada masa yang akan datang, sehingga benar-benar dapat mewujudkan perkembangannya secara optimal.
3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
4. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari berpaling (antagonistik) dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui, dan sebagainya.
6. Kehadiran di Sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.
7. Penempatan kelas, yaitu murid-murid yang umur, kemampuan, ukuran, dan minat-minat sosial yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditempatinya.

B. Penentuan Murid-murid yang Mengalami Masalah Belajar
Sebelum melakukan rangkaian kegiatan layanan bimbingan belajar langkah pertama yang harus dilakukan yaitu dengan menentukan siapa murid yang mengalami masalah dalam belajar. Langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu dengan cara:
1. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian Hasil Belajar adalah alat ukur yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini ada tiga jenis acuan yang digunakan, menurut Ign. Masidjo (1995:151), acuan tersebut dibagi menjadi:

a. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan yaitu suatu penilaian yang memperbandingkan prestasi belajar siswa dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya, suatu prestasi yang seharusnya dicapai oleh siswa yang dituntut oleh guru. Dengan demikian PAP berorientasi pada suatu patokan keberhasilan atau batas lulus penguasaan bahan yang sifatnya pasti atau mutlak. PAP ditentukan dengan persentase minimal yang sering digunakan yaitu 65% PAP tipe I, dan 56% PAP tipe II. PAP tipe I menetapkan suatu batas penguasaan bahan pelajaran atau kompetensi minimal yang dianggap dapat meluluskan (passing score) dari keseluruhan penguasaan bahan yakni 65% yang diberi nilai cukup (6 atau cukup). Persentil 65 juga sering disebut persentil maksimal karena 65 dianggap merupakan batas penguasaan kompetensi minimal yang sudah tinggi, yang berarti batas tuntutan ketiga syarat dan keadaan belajar siswa termasuk pada tingkat tinggi. Sedangkan dalam PAP tipe II penguasaan kompetensi minimal yang merupakan passing score adalah 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi nilai cukup. Passing score pada PAP tipe II ini lebih rendah maka persentil 56 sering disebut persentil minimal yang berarti tuntutan dari ketiga syarat dan keadaan belajar siswa termasuk pada tingkat yang paling rendah.
b. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Norma yaitu suatu penilaian yang memperbandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain dalam kelompoknya. Dalam PAN suatu prestasi dapat dicapai oleh siswa dalam kelompoknya baru dapat ditetapkan setelah suatu pengukuran dilaksanakan. Dengan demikian PAN ini berorientasi pada prestasi nyata yang dapat dicapai oleh kelompok yang dinyatakan dalam prestasi rata-rata kelompok atau Mean (M) beserta deviasi standarnya (S) pada kurva normal. Penentuan PAN dibagi menjadi dua tipe penilaian. PAN tipe I menentukan batas lulus atau passing score yang dikaitkan dengan besar prestasi rata-rata kelompok (M) dan deviasi standar (S) dengan dasarnya adalah kurva normal jenis stanines. Batas lulus atau pasing score ditentukan sebesar M + 0,25 S diberi nilai cukup. Sedangkan PAN tipe II dasarnya adalah persentase daerah kurva normal, cara menentukan batas lulus dengan (M) dan (S). Batas lulus ditentukan sebesar M- 1 S diberi nilai cukup. PAN tipe II ini dianggap paling rendah daripada PAN tipe I sehingga dalam pengembangannya guru atau pembimbing dapat berusaha untuk meningkatkan mutu pelajaran yang diampunya dan mutu sekolah.
c. Penilaian Acuan Kombinasi (PAK)
Penilaian Acuan Kombinasi adalah suatu penilaian yang memperbandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya di satu pihak dan prestasi siswa lain dalam kelompoknya di pihak lain. PAK berorientasi pada prestasi nyata yang dapat dicapai oleh kelompok dan prestasi yang seharusnya dicapai oleh kelompok. Dalam hal ini PAK memperhatikan tuntutan dari PAP di satu pihak, dan di pihak lain juga tuntutan PAN.
2. Pemanfaatan Hasil Intelegensi atau Tes Kemampuan Dasar
Setiap murid mempunyai kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu. Tingkat kemampuan ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan menggunakan tes kecerdasan yang sudah baku. Menurut Shertzer & Stone (1971:239), dalam Sunaryo Kartadinata (1999:31), gambaran tingkat kecerdasan (IQ) dengan kualifikasinya sebagai berikut:
Kelas Interval Skor IQ Klasifikasi
140 – ke atas Luar biasa (Genius)
120 – 139 Very Superior (Sangat Cerdas)
110 – 119 Superior
90 – 109 Normal (Average)
80 – 89 Dull (Bodoh)
70 – 79 Border Line (Batas Normal)
50 – 69 Debiel (Morrons)
30 – 49 Embisiel
Di bawah 30 Idiot
Contoh Hasil Tes Intelegensi
Diasumsikan bahwa anak normal, memiliki tingkat kecerdasan (IQ) antara 90 – 109. Maka, hasil yang dicapai murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Jika seseorang murid mencapai hasil belajar lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka murid yang bersangkutan digolongkan sebagai yang mengalami masalah belajar.
3. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan mengamati merupakan kegiatan yang dianggap paling murah dan mudah untuk menentukan murid-murid yang mengalami masalah belajar, karena sebagai guru Sekolah Dasar akan menempati kedudukan yang menguntungkan dalam mengamati keadaan murid sehari-hari. Guru diberikan tugas untuk memegang dan mengajarkan sebagian besar mata pelajaran yang ada pada sebuah kelas tertentu. Setiap hari seorang guru berhadapan langsung dengan murid di kelas. Oleh karena itu, guru dapat langsung mengetahui secara pasti siapa muridnya yang sering terlambat, yang sikap dan kebiasaan buruknya di kelas, yang sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dan sebagainya. Bersamaan dengan itu juga maka guru dapat langsung menentukan siapa murid yang sangat perlu untuk diberikan layanan bimbingan.
4. Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan faktor yang penting dalam belajar. Sebagian hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan oleh murid dalam belajar. Kebiasaan belajar tersebut menunjuk pada bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus menerus oleh murid dalam belajar.
Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan belajar maka perlu alat untuk menilai yaitu ”skala sikap”. Alat ini akan mengungkapkan derajat cara murid mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap murid terhadap guru, sikap dalam menerima pelajaran dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar. Maka dengan memperhatikan sikap dan kebiasaan belajar murid akan dapat diketahui murid-murid yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai dan perlu terus dikembangkan, serta murid-murid yang memerlukan bantuan khusus dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

C. Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar
Jenis-jenis masalah belajar murid di Sekolah Dasar, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatarbelakanginya (penyebabnya). Seseorang (guru) setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapi, selanjutnya guru dapat melaksanakan tahapan-tahapan yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah. Ada dua tahapan yang harus dilalui, yaitu (1) Tahap menentukan letak (lokasi) dan (2) Tahap memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar. (Erman Amti, 1993:70).
Tahap penentuan letak masalah merupakan tahap penentuan dimana sebenarnya masalah itu terjadi. Sedangkan tahap memperkirakan sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Masalah timbul oleh berbagai sebab yang berlainan. (Masalah dua orang atau lebih lebih belum tentu berawal dari faktor yang sama).
2. Sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan.
3. Sebab-sebab masalah belajar dapat saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain.
Melihat semua itu, pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Faktor-faktor Internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
a. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun (alergi, asma, dan sebagainya).
b. Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menandakan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
c. Kelemahan Emosional, seperti merasa tidak nyaman, kurang bisa menyesuaikan diri, tercekam rasa takut, benci, dan antipati, serta ketidakmatangan emosi.
d. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurangnya perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2. Faktor-faktor Eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu) yaitu berasal dari:
a. Sekolah, antara lain:
1) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel (sesuai).
2) Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru).
3) Metode mengajar yang kurang memadai.
4) Kurangnya alat dan bahan atau sumber untuk kegiatan belajar.
5) Pelaksanaan administrasi sekolah yang kurang memadai.
6) Penyamarataan pengajaran bagi semua siswa.
7) Kepribadian guru dan cara-cara pengelolaan kelas yang kurang.
b. Keluarga dan Masyarakat, antara lain:
1) Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
2) Keadaan ekonomi yang kurang memadai.
3) Sikap orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya.
4) Orang tua pilih kasih dengan anaknya.
5) Harapan orang tua terlalu tinggi terhadap anak.
6) Masyarakat sekitar kurang mendukung untuk belajar.
7) Terlalu bising akibat letak wilayahnya dekat dengan jalan atau berada di pusat kota.











BAB IV
UPAYA-UPAYA MENGATASI MASALAH PELAYANAN
BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

Upaya-upaya mengatasi masalah pelayanan bimbingan belajar di sekolah dasar dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu (1) Kegiatan Pengajaran Perbaikan, (2) Kegiatan Pengayaan, (3) Peningkatan Motivasi Belajar dan Keterampilan Belajar, dan (4) Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Yang Baik.
A. Kegiatan Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, suatu pengajaran yang membuat menjadi baik. Pengajaran perbaikan ini dapat dilakukan kepada seseorang atau kelompok murid yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka.
Kegiatan pokok pada pengajaran perbaikan terletak pada usaha memperbaiki kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada murid berkenaan dengan mata pelajaran yang telah dipelajarinya itu, maka seorang guru atau pembimbing tidak perlu lagi banyak menggunakan metode ceramah atau metode diskusi dalam menyajikan bahan pelajaran kepada murid. Pengajaran perbaikan langsung dipusatkan pada bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai dengan baik oleh murid, dengan jalan memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya, mengadakan tanya jawab, demontrasi, latihan, pemberian tugas, dan evaluasi. Berkenaan dengan ini Travers (1970) dalam Erman Amti (1993:75) menuliskan beberapa cara melakukan pengajaran perbaikan, yaitu:
1. Memberikan tugas-tugas singkat tentang hal-hal yang harus dikerjakan oleh murid dengan mempertimbangkan juga penyelesaian tugas-tugas sebelumnya.
2. Memastikan murid telah memahami secara baik tentang apa yang harus dikerjakan. (Misalnya, memberi tanda dengan pensil berwarna pada bagian yang harus dikerjakan).
3. Menghindari memberikan petunjuk secara panjang lebar dan sukar dipahami murid.
4. Dalam memberikan petunjuk-petunjuk mengerjakan tugas sebaiknya diberikan per-bagian.
5. Murid ditempatkan pada ruangan yang bebas dari pengaruh-pengaruh atau perangsang-perangsang yang mengganggu pemusatan perhatian murid, kerena murid yang sedang mengalami masalah belajar sedikit sulit untuk memusatkan perhatian dan membutuhkan waktu yang lama untuk memusatkan perhatian.
6. Memberikan dorongan agar murid mau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
7. Menjaga perasaan murid selalu dalam keadaan stabil dan tenang.
8. Menghindari pemberian tugas yang terlalu cepat dan berusaha untuk menumbuhkan kecintaan belajar secara baik dan rapi serta mempunyai sikap positif dalam bekerja.

B. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang diberikan pada seorang atau beberapa orang murid yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya. Murid yang cepat belajar hampir selalu dapat mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya yang dalam waktu yang telah ditetapkan.
Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila murid merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuannya dalam belajar. Selanjutnya ia akan berusaha untuk mewujudkan dirinya secara lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Sebaliknya, kecepatan akan mempunyai dampak negatif apabila murid merasa kurang diperhatikan dan kurang dihargai. Maka murid akan cenderung patah hati, tidak bersemangat, jera, dan sebagainya. Sehingga hal itu akan berpengaruh pada hubungan dengan murid lainnya dan prestasi belajar mereka. (Sunaryo Kartadinata, 1999:75).
Beberapa bentuk pengajaran pengayaan yang mungkin dapat ditempuh adalah dengan jalan menugasi murid (Erman Amti, 1993:76), yaitu:
1. Membaca pokok atau sub pokok bahasan yang lain yang bersifat perluasan atau pendalaman dari pokok atau sub pokok bahasan yang sedang dipelajari.
2. Melaksanakan kerja praktik dan percobaan-percobaan (eksperimen).
3. Mengerjakan soal-soal latihan.

C. Peningkatan Motivasi Belajar dan Keterampilan Belajar
“ Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mengerahkan, mangarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu” (Ngalim Purwanto, 1990:73).
Dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting dan menentukan pencapaian tujuan belajar, maka menurut Dorothy Keiter, 1975 dalam Erman Amti (1993:78), cara yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi murid-murid dalam belajar adalah dengan:
1. Menentukan dan memperjelas tujuan-tujuan belajar.
Tujuan itu meliputi tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah, dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek merupakan tujuan-tujuan yang segera dapat dicapai. Tujuan ini mendorong murid untuk mencapai tujuan-tujuan berikutnya. Tujuan jangka menengah merupakan tujuan sementara yang dapat dicapai dan menjadi langkah yang diperlukan sebelum dapat melangkah ke tujuan selanjutnya. Tujuan jangka panjang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai murid dalam belajar. Misalnya, menjadi guru, dokter, arsitek, jurnalis, dan sebagainya.
2. Menimbulkan minat murid agar mau mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan. Setiap mata pelajaran mempunyai nilai praktis dan nilai sosial. Nilai praktis merupakan nilai yang segera kelihatan. Misalnya, ilmu hitung untuk menghitung berapa uang yang dikeluarkan ketika berbelanja di toko. Nilai sosial merupakan nilai yang bermanfaat untuk kehidupan sosial. Misalnya, cara memainkan beberapa permainan.
3. Mengikutsertakan semua aspek kehidupan anak sebagai sumber belajar. Seluruh lingkungan dan pengalaman hidup dapat menjadi alat dan sumber belajar. Misalnya, belajar berhitung tidak hanya terbatas pada buku-buku teks saja, tetapi dapat juga menggunakan situasi nyata (kontekstual) yang dapat dilihat oleh anak dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dengan guru, guru dengan murid, dan murid dengan murid.
5. Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan dan menjengkelkan.
6. Memperbanyak hal-hal yang menarik perhatian murid, dan menunjukkan adanya saling ketergantungan antara hal-hal yang disukai dengan hal-hal yang tidak disukai.
7. Mendorong murid untuk menggunakan informasi yang dimilikinya. Memberikan pujian kepada murid setiap kali mencapai kemajuan serta memberikan hadiah (reward) dan hukuman yang bersifat membimbing sehingga menimbulkan efek peningkatan.
Untuk meningkatkan keterampilan belajar, murid perlu diberikan arahan setiap mengikuti kegiatan belajar mengajar, beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu dengan:
1. Membuat catatan waktu guru mengajar.
2. Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca.
3. Mengerjakan latihan-latihan soal.
D. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Yang Baik
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Menurut Rosmawati (1983) dan A. Muri Yusuf (1984) dalam Erman Amti (1993:76), menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara sikap dan kebiasaan belajar dengan hasil belajar. Ini berarti bahwa murid yang mempunyai sikap dan kebiasaan belajar yang baik cenderung memperoleh hasil belajar yang baik pula. Menurut Prayitno (1973) dalam Erman Amti (1993:76), menyatakan bahwa cara belajar (meliputi kebiasaan dan sikap dalam belajar) akan sangat mempengarui hasil belajar yang dicapai. Oleh sebab itu, jika seseorang murid mendapat nilai yang kurang memuaskan dalam belajar, salah satu faktor penting yang perlu diperiksa adalah bagaimana cara belajar yang ditempuh.
Dengan berpedoman pada uraian di atas, maka sikap dan kebiasaan belajar itu memegang peranan penting. Sikap dan kebiasaan belajar tersebut muncul tidak sejak kita lahir atau diturunkan dari kedua orang tua melainkan terbentuknya dari hasil interaksi kita dengan dunia luar, dipelajari dan dilatihkan serta diterapkan secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa cara yang dapat dilakukan guru atau pembimbing untuk menumbuhkembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dari diri murid, menurut Sunaryo Kartadinata (1999:77), adalah:
1. Membantu murid menyusun rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok dan sub pokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-cara mempelajari bahan-bahan yang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan dan cara-cara memeriksa atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai.
2. Membantu murid mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dalam hal ini, murid perlu tahu apa yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat keterangan-keterangan yang diberikan guru, dan apa pula yang harus dikerjakan setelah kegiatan belajar mengajar berakhir (setelah sampai di rumah).
3. Melatih murid membaca cepat. Kecepatan menunjuk kepada banyaknya kata-kata yang tepat yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan berlatih membaca cepat, kemungkinan murid memperoleh banyak informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.
4. Melatih murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3 (Survey, Question, Read, Recite, Write, and Review), yang ditemukan oleh Francis P. Robinson dalam Sunaryo Kartadinata (1999:78).
5. Membiasakan murid mengerjakan tugas-tugas secara teratur,bersih dan rapi.
6. Membantu murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya. Untuk itu diperlukan adanya pemantauan dan pengawasan yang berkesinambungan.
7. Membantu murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya, dengan memindahkan tempat duduk murid yang dilakukan secara berkala, membetulkan posisi duduk murid (tidak membungkuk, jarak mata dengan buku ± 30 cm), memeriksa kuku, rambut, dan sebagainya.
8. Membantu murid mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, yang meliputi persiapan mental, penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi administratif penyelenggaraannya
Untuk ke-empat jenis upaya-upaya untuk mengatasi masalah pelayanan bimbingan belajar di Sekolah Dasar di atas tidak semua harus dilakukan dan dilaksanakan, namun dapat menyesuaikan dengan keadaan murid yang mengalami masalah belajar sehingga dalam pelayanannya dapat tepat tersalurkan ke murid.














BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penulisan makalah ini dengan judul “Masalah-masalah dan Upaya Pemecahannya Dalam Pelayanan Bimbingan Belajar di Sekolah Dasar” maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan belajar mengajar, selain mendapatkan pelajaran dari guru di kelas layanan bimbingan belajar juga sangat perlu dilakukan atau didapatkan oleh anak sehingga anak akan terbantu dalam belajar.
2. Sebelum melaksanakan layanan bimbingan belajar seorang guru atau pembimbing perlu mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi pada anak yang akan dibimbingnya sehingga pembimbing mengetahui bimbingan apa yang tepat untuk diberikan.
3. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar seorang pembimbing selain mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dari seorang anak juga harus memahami upaya-upaya yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dari anak tersebut agar dalam proses belajar, anak tidak terganggu dan akan terbantu dengan adanya suatu bimbingan belajar tersebut.
B. Saran
1. Setelah mengetahui tentang layanan, fungsi, prinsip-prinsip, dan tujuan bimbingan belajar maka penulis berharap sebagai seorang guru atau pembimbing dapat menerapkan dan memahami betul apa arti dan maksud dari masing-masing pengertian di atas sehingga dalam penerapannya tidak menyimpang atau keliru.
2. Setelah mengetahui tentang masalah-masalah yang muncul dari diri anak maka penulis mengharapkan para guru dan pembimbing harus paham masing-masing karakter anak agar anak dapat diidentifikasi untuk selanjutnya dilakukan bimbingan apa yang sesuai dan dibutuhkan pada diri anak.
3. Dengan adanya pelaksanaan bimbingan belajar diharapkan anak-anak yang kesulitan dalam belajar akan sangat terbantu dalam belajarnya sehingga tidak akan ada lagi anak yang tertinggal dalam pelajaran, namun akan memunculkan anak-anak yang berprestasi di bidangnya masing-masing.

















DAFTAR PUSTAKA

Amti, Erman & Marjohan. 1993. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud.
Amti, Erman & Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartadinata, Sunaryo. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Belajar Siswa di Sekolah. Kanisius: Yogyakarta.
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prayitno. 1976. Pelayanan Bimbingan di Sekolah (Dasar-dasar dan Kemungkinan Pelaksanaannya di Sekolah-Sekolah di Indonesia). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prayitno. 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: Depdikbud.
Purnomo, Puji. 2008. Modul Mata Kuliah Bimbingan di Sekolah Dasar. Yogyakarta. USD.
Tanlain,Wens. 2007. Modul Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: USD
MASALAH-MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA
DALAM PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR
DI SEKOLAH DASAR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Kelulusan Program D-II PGSD USD







Disusun oleh :
Nama : Purnomo
NIM : 071122034


Program Studi : PGSD
Jenjang : Diploma II
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
Penulisan Tugas Akhir (TA)


Judul :
MASALAH-MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA
DALAM PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR
DI SEKOLAH DASAR


Disusun oleh :
Nama : Purnomo
NIM : 071122034





Dosen Pembimbing :


(Maria Melani Ika Susanti,S.Pd. ) Tanggal, 14 Mei 2009




Tugas Akhir (TA)
MASALAH-MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA
DALAM PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR
DI SEKOLAH DASAR

Disusun oleh :
Nama : Purnomo
NIM : 071122034

Telah dipertanggungjawabkan di depan tim penguji
Pada tanggal 14 Mei 2009 dan dinyatakan LULUS

Tim Penguji Tugas Akhir :
Susunan Tim Penguji: Tanda Tangan
Ketua : Drs. Puji Purnomo, M.Si. .......................
Sekretaris : Rusmawan, S.Pd. .......................
Anggota 1 : Maria Melani Ika Susanti, S.Pd. ......................
Anggota 2 : Drs. Ign. Masidjo ......................
Yogyakarta, 14 Mei 2009
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma ,
Dekan


(Drs.T. Sarkim, M.Ed, Ph. D.)
MOTTO


“APA YANG SEKARANG ADA, TIDAK AKAN TETAP ADA. APA YANG LEMAH, AKAN MENJADI KUAT; YANG KUAT, MENJADI LEMAH. APA YANG SEKARANG BERJALAN, AKAN BERHENTI,DAN APA YANG SEKARANG BERDIRI AKAN JATUH”
(Fransiscus Georgius Josephus van Lith, SJ)


”SPIRIT FOR BETTER”


“ALAM BUKANLAH SEBUAH KUIL, NAMUN SEBUAH BENGKEL
DIMANA MANUSIA BEKERJA DI DALAMNYA”
(Ivan Turgenev)

“BERFOKUSLAH PADA HAL-HAL YANG KECIL, PERHATIKAN DAN AMATILAH APA YANG TERJADI”
(Mario Teguh)
HALAMAN PERSEMBAHAN

Makalah dengan judul
”Masalah-masalah dan Upaya Pemecahannya
Dalam Pelayanan Bimbingan Belajar di Sekolah Dasar”
Khusus saya persembahkan untuk:

Bapak dan ibu yang telah memberikan semangat
dan juga dorongan baik materi maupun kasih sayang terlebih kesabaran.
Terimakasih ya pak dan bu.......

Seluruh dosen PGSD yang selama ini telah memberikan
ilmunya kepada kami dan bimbingannya
selama masa studi di kampus.

Teman-teman PGSD angkatan 2007 khususnya
kelas A terima kasih atas semuanya dan persahabatan
yang pernah kita jalin selama ini dan mudah-mudahan
kita tetap selalu ingat dan tidak putus di jalan.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA


Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.




Yogyakarta, 14 Mei 2009
Penulis

Purnomo












KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ”Masalah-masalah dan Upaya Pemecahannya Dalam Pelayanan Bimbingan Belajar di Sekolah Dasar”. Tujuan kami menulis dan menyusun tugas akhir adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan D-II PGSD Universitas Sanata Dharma. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penulisan tugas akhir. Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi kekuatan dan kesehatan kepada kami.
2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M. Si; selaku Ketua Program Studi D-II PGSD Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd. selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan semangat, petunjuk, saran, informasi, dan pengarahan dalam penulisan tugas akhir ini.
4. Seluruh Dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu kepada kami, baik saat penyusunan tugas akhir maupun selama dalam perkuliahan berlangsung.
5. Kedua orang tua kami Agustinus Witno dan Tuyem yang tidak kering dalam doa dan pengharapan, serta atas segala tetes keringat yang dicurahkan bagi penulis.
6. Teman-temanku Mudika St. Maria dan Yosep Kleben yang telah memberikan semangat dukungan dan kerjasama yang baik untuk penulis.
7. Teman-teman PPL dan teman-teman kelas A yang selalu memberi semangat kepada penulis.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tugas akhir ini mendapat balasan yang setimpal atas niat dan perbuatan baik mereka dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, mengingat kemampuan kami yang terbatas. Harapan kami semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi siapa saja terutama bagi para pembaca.



Yogyakarta, 14 Mei 2009


Purnomo











DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Tujuan Penulisan Makalah 2
C. Manfaat Penulisan Makalah 2
D. Sistematika Penulisan Makalah 3
BAB II. BIMBINGAN BELAJAR 4
A. Hakekat Bimbingan Belajar 4
B. Fungsi Bimbingan 6
C. Tujuan Bimbingan 7
D. Prinsip-prinsip Bimbingan 8
BAB III. MASALAH-MASALAH PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR 10
A. Jenis-jenis Masalah Belajar 10
B. Penentuan Murid-murid yang Mengalami Masalah Belajar 11
C. Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar 15
BAB IV. UPAYA-UPAYA MENGATASI MASALAH PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR 18
A. Kegiatan Pengajaran Perbaikan 18
B. Kegiatan Pengayaan 19
C. Peningkatan Motivasi Belajar dan Keterampilan Belajar 20
D. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik 22
BAB V. PENUTUP 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 27













BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap murid khususnya di Sekolah Dasar memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu menyangkut antara lain kapasitas intelektual, keterampilan, sikap, minat, kemampuan, serta latar belakang kehidupan dalam keluarga dan lain-lain. Berbagai perbedaan yang ada tersebut cenderung akan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya, menguasai bahan-bahan maupun keberhasilan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Guru atau pendidik tentunya mengharapkan bahwa murid datang ke sekolah agar bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Tetapi pada kenyataannya tidak selamanya demikian. Namun ada banyak masalah yang mereka hadapi yang bersumber antara lain dari tugas-tugas, ketidakmampuan mengerjakan tugas, keinginan untuk belajar sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, persaingan dengan teman, kemampuan dasar intelektual yang lemah, kurangnya dukungan orangtua, guru yang kurang ramah, motivasi belajar yang lemah, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi belajar mengajar di kelas, melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh guru atau pembimbing di luar situasi proses pembelajaran yaitu dengan melaksanakan bimbingan belajar.
Oleh karena itu, penulis yang merupakan calon pendidik dan pembimbing merasa tertarik untuk melakukan kajian yang berhubungan dengan ”MASALAH-MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA DALAM PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR”. Penulis merasa bahwa hasil dari penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi dirinya dan orang lain pada umumnya, ketika kelak terjun dalam dunia pendidikan Sekolah Dasar yang sebenarnya.

B. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Memahami tentang layanan bimbingan, fungsi, dan tujuan bimbingan belajar.
2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan bimbingan belajar.
3. Memahami upaya-upaya mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada pelayanan bimbingan belajar di Sekolah Dasar.
4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Studi D-II PGSD Universitas Sanata Dharma.

C. Manfaat Penulisan Makalah
1. Bagi Penulis
Penulis diharapkan mengetahui dan dapat praktik langsung untuk mencoba melakukan bimbingan belajar di sekolah maupun di luar sekolah.
2. Bagi Pembaca
Pembaca mendapatkan pengalaman baru untuk diterapkan pada anak bahwa anak sangat perlu untuk diberikan atau mendapatkan bimbingan belajar.
3. Bagi Guru dan Calon Guru
a. Guru diharapkan dapat memperhatikan keragaman karakteristik perilaku murid untuk dasar penentuan layanan dan jenis bantuan apa yang nantinya dapat diberikan kepada murid.
b. Dapat menjadi bekal bagi calon guru dalam menapaki dunia keguruan di Sekolah Dasar terlebih-lebih dalam membimbing anak..
4. Bagi Pemberi Layanan Bimbingan
Pemberi layanan diharapkan akan lebih tahu masalah-masalah apa yang terjadi pada anak didiknya dan upaya-upaya apa yang tepat untuk digunakan dalam mengatasi masalah-masalah itu.
5. Bagi Prodi PGSD USD
Penulisan makalah ini semoga dapat menambah serta memperkaya referensi Makalah di Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
D. Sistematika Penulisan Makalah
Penulisan makalah yang berjudul ”MASALAH-MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR ” ini terbagi dalam 5 bab:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah.
Bab II berisi tentang bimbingan belajar yang membahas tentang hakekat bimbingan belajar, fungsi bimbingan, tujuan bimbingan, dan prinsip-prinsip bimbingan.
Bab III berisi tentang masalah-masalah pelayanan bimbingan belajar di Sekolah Dasar yang membahas tentang jenis-jenis masalah belajar, penentuan murid-murid yang mengalami masalah belajar, dan faktor-faktor penyebab masalah belajar.
Bab IV berisi tentang upaya-upaya mengatasi masalah pelayanan bimbingan belajar di Sekolah Dasar yang membahas tentang kegiatan pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar dan keterampilan belajar, dan pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Bab V penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
BIMBINGAN BELAJAR

A. Hakekat Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan suatu hal yang perlu untuk kita ketahui. Dalam hal ini peranan bimbingan dan belajar sangat membantu dalam proses bimbingan belajar itu sendiri. Oleh karena itu, kita perlu tahu apa yang dimaksud bimbingan belajar itu.
1. Pengertian Bimbingan
a. Menurut Crow and Crow (1961) dalam Modul Puji Purnomo (2008:1), bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, pria atau wanita, yang memiliki kepribadian yang sesuai dan telah memperoleh latihan yang memadai, kepada orang lain tanpa pembatasan berdasarkan usia, untuk menolongnya mengatur kegiatan-kegiatannya dalam hidupnya sendiri, mengembangkan sudut pandangan sendiri, membuat keputusan sendiri dan memikul beban hidupnya sendiri.

b. Menurut Miller dalam Prayitno (1976:5), bimbingan adalah proses menolong individu-individu untuk memahami dirinya dan mengarahkan dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat membuat pilihan yang tepat dan menentukan perilaku yang perlu dilakukannya untuk mencapai tujuan yang dipilihnya sendiri dengan menempuh cara-cara yang ditentukannya sendiri.
c. Menurut PP No. 29 / 1990 tentang Pendidikan Menengah, Bab X, Pasal 27, ayat 1 bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
d. Menurut Sunaryo Kartadinata (1998:4), bimbingan adalah suatu proses membantu individu untuk mencapai perkembangan yang optimal.
Jadi bimbingan adalah suatu proses untuk membantu seseorang atau individu dalam menemukan, mengenal, dan merencanakan suatu hal untuk mencapai perkembangan yang optimal.
2. Pengertian Belajar
Berikut ini disajikan pengertian belajar dari beberapa ahli menurut Wens Tanlain (2007:7) dalam Modul Strategi Belajar Mengajar:
a. Menurut Hilgard
Hilgard merumuskan bahwa belajar (learning) adalah proses yang di dalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktik atau latihan. Rumusan ini menegaskan 2 hal mengenai belajar yaitu :
1) Kegiatan yang bersifat latihan dan yang bersifat praktik.
2) Perubahan yang terjadi dalam diri berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan yang nampak dalam tingkah laku.
b. Menurut Cropley
Belajar adalah suatu proses dan melalui proses tersebut terjadi pendidikan. Serta proses ini terjadi dalam diri anak sejak dia lahir.
c. Menurut Gagne
Belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah perilaku seseorang dengan cukup cepat.
d. Menurut Garry & Kingsley (1970:15), belajar adalah proses tingkah laku ( dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.
Jadi belajar adalah proses terbentuknya tingkah laku lama menjadi tingkah laku baru pada diri seorang anak melalui kegiatan praktik dan latihan, dimana perubahan tingkah laku ini bersifat menetap.
Dilihat dari pengertiannya masing-masing, maka dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan belajar adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar, agar setelah melaksanakan kegiatan belajar-mengajar mereka (siswa) dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya masing-masing. Dengan kata lain guru disini adalah membantu murid dalam mengenal, menumbuhkembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta dalam rangka menyiapkan kelanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

B. Fungsi Bimbingan
Dalam pelaksanaan bimbingan ada berbagai macam fungsi, menurut Mortensen dan Schmuller dan Moh. Surya dalam Erman Amti (1993:9), fungsi bimbingan antara lain yaitu:
1. Fungsi Pemahaman yaitu mengenalkan pada anak tentang diri sendiri, lingkungan (keluarga dan sekolah) serta berbagai informasi yang menyangkut pendidikan, kondisi sosial, nilai atau informasi-informasi yang perlu bagi anak.
Contohnya: Menyediakan informasi-informasi tentang perkembangan siswa, proses belajar siswa, kurikulum siswa, dan sebagainya; Mengenali siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar; Mengenalkan siswa tentang sekolah dan menyiapkan siswa untuk memasuki sekolah yang lebih tinggi.
2. Fungsi Pencegahan yaitu sesuatu yang diberikan pada anak agar terhindar dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu, menghambat, menyulitkan, atau merugikan proses perkembangan mereka.
Contohnya: Mengontrol agar anak tidak terjerumus dalam permasalahan, membantu siswa memilih sesuatu yang penting untuk perkembangan dirinya.
3. Fungsi Pengentasan (penyembuhan dan perbaikan) yaitu sesuatu yang diberikan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
Contohnya: Memberikan tambahan pelajaran, memberikan program pengulangan (Remidial).
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu untuk memelihara dan mengembangkan berbagai potensi, bakat, keterampilan dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Contohnya: Membantu menyalurkan bakat dan keterampilan anak pada bidang yang sesuai, menyediakan peralatan untuk mendukung potensi, bakat, dan keterampilan anak.

C. Tujuan Bimbingan
Menurut Erman Amti (1993:8), pelayanan bimbingan bertujuan agar peserta didik mampu:
1. Menemukan pribadi yaitu mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri.
2. Mengenal lingkungan yaitu untuk mengenalkan secara objektif lingkungan sosial, ekonomi, budaya (nilai dan norma), fisik serta menerima kondisi lingkungan itu secara positif, dinamis, dan memanfaatkannya untuk pengembangan diri.
3. Merencanakan masa depan yaitu agar siswa mampu mempertimbangkan berbagai kemungkinan dana mengambil keputusan tentang masa depannya sendiri menyangkut bidang pendidikan, lingkungan, pekerjaan, budaya dan kemasyarakatan.
4. Pengembangan sikap dan kebiasaan baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam mengembangkan keterampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
5. Menumbuhkembangkan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.



D. Prinsip-prinsip Bimbingan
Pelayanan Bimbingan di Sekolah juga dilaksanakan dengan suatu prinsip-prinsip tertentu. Berbagai macam prinsip tersebut sesuai yang dikemukakan para ahli (Crow & Crow, 1960; Miller, 1978) dalam Erman Amti (1993:10), adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan adalah untuk semua murid.
Pada dasarnya semua murid memerlukan layanan bimbingan sesuai dengan jenis dan masalah yang dihadapinya. Berdasarkan waktu, tempat, tenaga, dan dana pelaksanaan bimbingan di sekolah kadang-kadang masih terbatas hanya untuk siswa yang bermasalah saja. Namun perlu diketahui bahwa semua murid dalam hal ini bisa mendapatkan bimbingan.
2. Bimbingan melayani murid-murid dari semua usia.
Bimbingan tidak hanya untuk siswa-siswa tingkat sekolah atau kelas-kelas tertentu saja, tetapi adalah untuk semua siswa mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, bahkan juga untuk orang-orang dewasa. Bimbingan diberikan mulai sejak anak memasuki sekolah dan dilanjutkan terus sambil siswa mengalami tahap-tahap maju di sekolah sampai ia menamatkan pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
3. Bimbingan mendorong penemuan dan pengembangan diri.
Dalam pelaksanaan bimbingan guru atau pembimbing kadang-kadang lebih senang memberitahukan kepada murid tentang apa yang harus dilakukan, sehingga murid hanya menerima saja apa yang diberikan guru kepadanya. Hal itu akan mengakibatkan siswa hanya menunggu apa yang diperintahkan atau disuruhkan. Pelaksanaan seperti itu dikhawatirkan akan menimbulkan manusia-manusia yang pasif di kemudian hari. Oleh karena itu, dalam menumbuhkembangkan kemampuan murid dalam menemukan dan mengembangkan dirinya perlu dikurangi pendidikan atau pelayanan bimbingan yang berbentuk “pemberitahuan“ atau “perintah”.
4. Pelaksanaan bimbingan menghendaki adanya kerjasama dari murid, orangtua, dan pemberi jasa (konselor).
Banyak orang telah mengatakan bahwa bimbingan adalah usaha bersama. Hal ini memang benar karena pelaksanaan bimbingan memerlukan kerjasama yang baik khususnya tiga aspek yaitu murid, orangtua, dan pemberi jasa. Tanpa adanya dukungan tersebut pelaksanaan bimbingan tidak akan bejalan lancar.
5. Bimbingan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada individu maupun orang lain.
Pelaksanaan bimbingan adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu, prinsip pertanggungjawaban (akuntabilitas) sangat diperlukan oleh seorang pembimbing. Prinsip pertanggungjawaban ini mengandung pengertian bahwa bimbingan ini baik pelaksanaan maupun hasilnya, hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada individu (siswa) yang dibimbing dan kepada orang lain yang menilai.











BAB III
MASALAH-MASALAH PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR


A. Jenis-jenis Masalah Belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajar murid itu sendiri. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat belajar saja, tetapi juga dapat menimpa pada murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dilihat dari pengertian masalah belajar di atas maka jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar dapat digolongkan atau dikelompokkan kepada murid yang mengalami:
1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki kemampuan yang normal atau cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi. Dilihat dari hasil belajar yang dicapainya, murid yang seperti ini memang tidak dapat digolongkan sebagai murid yang mengalami masalah belajar, yang menjadi masalah adalah bagaimana agar hasil belajar yang dicapainya itu lebih ditingkatkan lagi, atau setidak-tidaknya bagaimana hasil belajar yang telah dicapai itu dapat dipertahankan terus pada masa yang akan datang, sehingga benar-benar dapat mewujudkan perkembangannya secara optimal.
3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
4. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari berpaling (antagonistik) dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui, dan sebagainya.
6. Kehadiran di Sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.
7. Penempatan kelas, yaitu murid-murid yang umur, kemampuan, ukuran, dan minat-minat sosial yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditempatinya.

B. Penentuan Murid-murid yang Mengalami Masalah Belajar
Sebelum melakukan rangkaian kegiatan layanan bimbingan belajar langkah pertama yang harus dilakukan yaitu dengan menentukan siapa murid yang mengalami masalah dalam belajar. Langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu dengan cara:
1. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian Hasil Belajar adalah alat ukur yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini ada tiga jenis acuan yang digunakan, menurut Ign. Masidjo (1995:151), acuan tersebut dibagi menjadi:

a. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan yaitu suatu penilaian yang memperbandingkan prestasi belajar siswa dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya, suatu prestasi yang seharusnya dicapai oleh siswa yang dituntut oleh guru. Dengan demikian PAP berorientasi pada suatu patokan keberhasilan atau batas lulus penguasaan bahan yang sifatnya pasti atau mutlak. PAP ditentukan dengan persentase minimal yang sering digunakan yaitu 65% PAP tipe I, dan 56% PAP tipe II. PAP tipe I menetapkan suatu batas penguasaan bahan pelajaran atau kompetensi minimal yang dianggap dapat meluluskan (passing score) dari keseluruhan penguasaan bahan yakni 65% yang diberi nilai cukup (6 atau cukup). Persentil 65 juga sering disebut persentil maksimal karena 65 dianggap merupakan batas penguasaan kompetensi minimal yang sudah tinggi, yang berarti batas tuntutan ketiga syarat dan keadaan belajar siswa termasuk pada tingkat tinggi. Sedangkan dalam PAP tipe II penguasaan kompetensi minimal yang merupakan passing score adalah 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi nilai cukup. Passing score pada PAP tipe II ini lebih rendah maka persentil 56 sering disebut persentil minimal yang berarti tuntutan dari ketiga syarat dan keadaan belajar siswa termasuk pada tingkat yang paling rendah.
b. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Norma yaitu suatu penilaian yang memperbandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain dalam kelompoknya. Dalam PAN suatu prestasi dapat dicapai oleh siswa dalam kelompoknya baru dapat ditetapkan setelah suatu pengukuran dilaksanakan. Dengan demikian PAN ini berorientasi pada prestasi nyata yang dapat dicapai oleh kelompok yang dinyatakan dalam prestasi rata-rata kelompok atau Mean (M) beserta deviasi standarnya (S) pada kurva normal. Penentuan PAN dibagi menjadi dua tipe penilaian. PAN tipe I menentukan batas lulus atau passing score yang dikaitkan dengan besar prestasi rata-rata kelompok (M) dan deviasi standar (S) dengan dasarnya adalah kurva normal jenis stanines. Batas lulus atau pasing score ditentukan sebesar M + 0,25 S diberi nilai cukup. Sedangkan PAN tipe II dasarnya adalah persentase daerah kurva normal, cara menentukan batas lulus dengan (M) dan (S). Batas lulus ditentukan sebesar M- 1 S diberi nilai cukup. PAN tipe II ini dianggap paling rendah daripada PAN tipe I sehingga dalam pengembangannya guru atau pembimbing dapat berusaha untuk meningkatkan mutu pelajaran yang diampunya dan mutu sekolah.
c. Penilaian Acuan Kombinasi (PAK)
Penilaian Acuan Kombinasi adalah suatu penilaian yang memperbandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya di satu pihak dan prestasi siswa lain dalam kelompoknya di pihak lain. PAK berorientasi pada prestasi nyata yang dapat dicapai oleh kelompok dan prestasi yang seharusnya dicapai oleh kelompok. Dalam hal ini PAK memperhatikan tuntutan dari PAP di satu pihak, dan di pihak lain juga tuntutan PAN.
2. Pemanfaatan Hasil Intelegensi atau Tes Kemampuan Dasar
Setiap murid mempunyai kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu. Tingkat kemampuan ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan menggunakan tes kecerdasan yang sudah baku. Menurut Shertzer & Stone (1971:239), dalam Sunaryo Kartadinata (1999:31), gambaran tingkat kecerdasan (IQ) dengan kualifikasinya sebagai berikut:
Kelas Interval Skor IQ Klasifikasi
140 – ke atas Luar biasa (Genius)
120 – 139 Very Superior (Sangat Cerdas)
110 – 119 Superior
90 – 109 Normal (Average)
80 – 89 Dull (Bodoh)
70 – 79 Border Line (Batas Normal)
50 – 69 Debiel (Morrons)
30 – 49 Embisiel
Di bawah 30 Idiot
Contoh Hasil Tes Intelegensi
Diasumsikan bahwa anak normal, memiliki tingkat kecerdasan (IQ) antara 90 – 109. Maka, hasil yang dicapai murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Jika seseorang murid mencapai hasil belajar lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka murid yang bersangkutan digolongkan sebagai yang mengalami masalah belajar.
3. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan mengamati merupakan kegiatan yang dianggap paling murah dan mudah untuk menentukan murid-murid yang mengalami masalah belajar, karena sebagai guru Sekolah Dasar akan menempati kedudukan yang menguntungkan dalam mengamati keadaan murid sehari-hari. Guru diberikan tugas untuk memegang dan mengajarkan sebagian besar mata pelajaran yang ada pada sebuah kelas tertentu. Setiap hari seorang guru berhadapan langsung dengan murid di kelas. Oleh karena itu, guru dapat langsung mengetahui secara pasti siapa muridnya yang sering terlambat, yang sikap dan kebiasaan buruknya di kelas, yang sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dan sebagainya. Bersamaan dengan itu juga maka guru dapat langsung menentukan siapa murid yang sangat perlu untuk diberikan layanan bimbingan.
4. Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan faktor yang penting dalam belajar. Sebagian hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan oleh murid dalam belajar. Kebiasaan belajar tersebut menunjuk pada bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus menerus oleh murid dalam belajar.
Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan belajar maka perlu alat untuk menilai yaitu ”skala sikap”. Alat ini akan mengungkapkan derajat cara murid mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap murid terhadap guru, sikap dalam menerima pelajaran dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar. Maka dengan memperhatikan sikap dan kebiasaan belajar murid akan dapat diketahui murid-murid yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai dan perlu terus dikembangkan, serta murid-murid yang memerlukan bantuan khusus dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

C. Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar
Jenis-jenis masalah belajar murid di Sekolah Dasar, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatarbelakanginya (penyebabnya). Seseorang (guru) setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapi, selanjutnya guru dapat melaksanakan tahapan-tahapan yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah. Ada dua tahapan yang harus dilalui, yaitu (1) Tahap menentukan letak (lokasi) dan (2) Tahap memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar. (Erman Amti, 1993:70).
Tahap penentuan letak masalah merupakan tahap penentuan dimana sebenarnya masalah itu terjadi. Sedangkan tahap memperkirakan sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Masalah timbul oleh berbagai sebab yang berlainan. (Masalah dua orang atau lebih lebih belum tentu berawal dari faktor yang sama).
2. Sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan.
3. Sebab-sebab masalah belajar dapat saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain.
Melihat semua itu, pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Faktor-faktor Internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
a. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun (alergi, asma, dan sebagainya).
b. Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menandakan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
c. Kelemahan Emosional, seperti merasa tidak nyaman, kurang bisa menyesuaikan diri, tercekam rasa takut, benci, dan antipati, serta ketidakmatangan emosi.
d. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurangnya perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2. Faktor-faktor Eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu) yaitu berasal dari:
a. Sekolah, antara lain:
1) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel (sesuai).
2) Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru).
3) Metode mengajar yang kurang memadai.
4) Kurangnya alat dan bahan atau sumber untuk kegiatan belajar.
5) Pelaksanaan administrasi sekolah yang kurang memadai.
6) Penyamarataan pengajaran bagi semua siswa.
7) Kepribadian guru dan cara-cara pengelolaan kelas yang kurang.
b. Keluarga dan Masyarakat, antara lain:
1) Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
2) Keadaan ekonomi yang kurang memadai.
3) Sikap orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya.
4) Orang tua pilih kasih dengan anaknya.
5) Harapan orang tua terlalu tinggi terhadap anak.
6) Masyarakat sekitar kurang mendukung untuk belajar.
7) Terlalu bising akibat letak wilayahnya dekat dengan jalan atau berada di pusat kota.











BAB IV
UPAYA-UPAYA MENGATASI MASALAH PELAYANAN
BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

Upaya-upaya mengatasi masalah pelayanan bimbingan belajar di sekolah dasar dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu (1) Kegiatan Pengajaran Perbaikan, (2) Kegiatan Pengayaan, (3) Peningkatan Motivasi Belajar dan Keterampilan Belajar, dan (4) Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Yang Baik.
A. Kegiatan Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, suatu pengajaran yang membuat menjadi baik. Pengajaran perbaikan ini dapat dilakukan kepada seseorang atau kelompok murid yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka.
Kegiatan pokok pada pengajaran perbaikan terletak pada usaha memperbaiki kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada murid berkenaan dengan mata pelajaran yang telah dipelajarinya itu, maka seorang guru atau pembimbing tidak perlu lagi banyak menggunakan metode ceramah atau metode diskusi dalam menyajikan bahan pelajaran kepada murid. Pengajaran perbaikan langsung dipusatkan pada bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai dengan baik oleh murid, dengan jalan memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya, mengadakan tanya jawab, demontrasi, latihan, pemberian tugas, dan evaluasi. Berkenaan dengan ini Travers (1970) dalam Erman Amti (1993:75) menuliskan beberapa cara melakukan pengajaran perbaikan, yaitu:
1. Memberikan tugas-tugas singkat tentang hal-hal yang harus dikerjakan oleh murid dengan mempertimbangkan juga penyelesaian tugas-tugas sebelumnya.
2. Memastikan murid telah memahami secara baik tentang apa yang harus dikerjakan. (Misalnya, memberi tanda dengan pensil berwarna pada bagian yang harus dikerjakan).
3. Menghindari memberikan petunjuk secara panjang lebar dan sukar dipahami murid.
4. Dalam memberikan petunjuk-petunjuk mengerjakan tugas sebaiknya diberikan per-bagian.
5. Murid ditempatkan pada ruangan yang bebas dari pengaruh-pengaruh atau perangsang-perangsang yang mengganggu pemusatan perhatian murid, kerena murid yang sedang mengalami masalah belajar sedikit sulit untuk memusatkan perhatian dan membutuhkan waktu yang lama untuk memusatkan perhatian.
6. Memberikan dorongan agar murid mau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
7. Menjaga perasaan murid selalu dalam keadaan stabil dan tenang.
8. Menghindari pemberian tugas yang terlalu cepat dan berusaha untuk menumbuhkan kecintaan belajar secara baik dan rapi serta mempunyai sikap positif dalam bekerja.

B. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang diberikan pada seorang atau beberapa orang murid yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya. Murid yang cepat belajar hampir selalu dapat mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya yang dalam waktu yang telah ditetapkan.
Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila murid merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuannya dalam belajar. Selanjutnya ia akan berusaha untuk mewujudkan dirinya secara lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Sebaliknya, kecepatan akan mempunyai dampak negatif apabila murid merasa kurang diperhatikan dan kurang dihargai. Maka murid akan cenderung patah hati, tidak bersemangat, jera, dan sebagainya. Sehingga hal itu akan berpengaruh pada hubungan dengan murid lainnya dan prestasi belajar mereka. (Sunaryo Kartadinata, 1999:75).
Beberapa bentuk pengajaran pengayaan yang mungkin dapat ditempuh adalah dengan jalan menugasi murid (Erman Amti, 1993:76), yaitu:
1. Membaca pokok atau sub pokok bahasan yang lain yang bersifat perluasan atau pendalaman dari pokok atau sub pokok bahasan yang sedang dipelajari.
2. Melaksanakan kerja praktik dan percobaan-percobaan (eksperimen).
3. Mengerjakan soal-soal latihan.

C. Peningkatan Motivasi Belajar dan Keterampilan Belajar
“ Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mengerahkan, mangarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu” (Ngalim Purwanto, 1990:73).
Dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting dan menentukan pencapaian tujuan belajar, maka menurut Dorothy Keiter, 1975 dalam Erman Amti (1993:78), cara yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi murid-murid dalam belajar adalah dengan:
1. Menentukan dan memperjelas tujuan-tujuan belajar.
Tujuan itu meliputi tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah, dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek merupakan tujuan-tujuan yang segera dapat dicapai. Tujuan ini mendorong murid untuk mencapai tujuan-tujuan berikutnya. Tujuan jangka menengah merupakan tujuan sementara yang dapat dicapai dan menjadi langkah yang diperlukan sebelum dapat melangkah ke tujuan selanjutnya. Tujuan jangka panjang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai murid dalam belajar. Misalnya, menjadi guru, dokter, arsitek, jurnalis, dan sebagainya.
2. Menimbulkan minat murid agar mau mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan. Setiap mata pelajaran mempunyai nilai praktis dan nilai sosial. Nilai praktis merupakan nilai yang segera kelihatan. Misalnya, ilmu hitung untuk menghitung berapa uang yang dikeluarkan ketika berbelanja di toko. Nilai sosial merupakan nilai yang bermanfaat untuk kehidupan sosial. Misalnya, cara memainkan beberapa permainan.
3. Mengikutsertakan semua aspek kehidupan anak sebagai sumber belajar. Seluruh lingkungan dan pengalaman hidup dapat menjadi alat dan sumber belajar. Misalnya, belajar berhitung tidak hanya terbatas pada buku-buku teks saja, tetapi dapat juga menggunakan situasi nyata (kontekstual) yang dapat dilihat oleh anak dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dengan guru, guru dengan murid, dan murid dengan murid.
5. Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan dan menjengkelkan.
6. Memperbanyak hal-hal yang menarik perhatian murid, dan menunjukkan adanya saling ketergantungan antara hal-hal yang disukai dengan hal-hal yang tidak disukai.
7. Mendorong murid untuk menggunakan informasi yang dimilikinya. Memberikan pujian kepada murid setiap kali mencapai kemajuan serta memberikan hadiah (reward) dan hukuman yang bersifat membimbing sehingga menimbulkan efek peningkatan.
Untuk meningkatkan keterampilan belajar, murid perlu diberikan arahan setiap mengikuti kegiatan belajar mengajar, beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu dengan:
1. Membuat catatan waktu guru mengajar.
2. Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca.
3. Mengerjakan latihan-latihan soal.
D. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Yang Baik
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Menurut Rosmawati (1983) dan A. Muri Yusuf (1984) dalam Erman Amti (1993:76), menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara sikap dan kebiasaan belajar dengan hasil belajar. Ini berarti bahwa murid yang mempunyai sikap dan kebiasaan belajar yang baik cenderung memperoleh hasil belajar yang baik pula. Menurut Prayitno (1973) dalam Erman Amti (1993:76), menyatakan bahwa cara belajar (meliputi kebiasaan dan sikap dalam belajar) akan sangat mempengarui hasil belajar yang dicapai. Oleh sebab itu, jika seseorang murid mendapat nilai yang kurang memuaskan dalam belajar, salah satu faktor penting yang perlu diperiksa adalah bagaimana cara belajar yang ditempuh.
Dengan berpedoman pada uraian di atas, maka sikap dan kebiasaan belajar itu memegang peranan penting. Sikap dan kebiasaan belajar tersebut muncul tidak sejak kita lahir atau diturunkan dari kedua orang tua melainkan terbentuknya dari hasil interaksi kita dengan dunia luar, dipelajari dan dilatihkan serta diterapkan secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa cara yang dapat dilakukan guru atau pembimbing untuk menumbuhkembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dari diri murid, menurut Sunaryo Kartadinata (1999:77), adalah:
1. Membantu murid menyusun rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok dan sub pokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-cara mempelajari bahan-bahan yang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan dan cara-cara memeriksa atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai.
2. Membantu murid mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dalam hal ini, murid perlu tahu apa yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat keterangan-keterangan yang diberikan guru, dan apa pula yang harus dikerjakan setelah kegiatan belajar mengajar berakhir (setelah sampai di rumah).
3. Melatih murid membaca cepat. Kecepatan menunjuk kepada banyaknya kata-kata yang tepat yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan berlatih membaca cepat, kemungkinan murid memperoleh banyak informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.
4. Melatih murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3 (Survey, Question, Read, Recite, Write, and Review), yang ditemukan oleh Francis P. Robinson dalam Sunaryo Kartadinata (1999:78).
5. Membiasakan murid mengerjakan tugas-tugas secara teratur,bersih dan rapi.
6. Membantu murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya. Untuk itu diperlukan adanya pemantauan dan pengawasan yang berkesinambungan.
7. Membantu murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya, dengan memindahkan tempat duduk murid yang dilakukan secara berkala, membetulkan posisi duduk murid (tidak membungkuk, jarak mata dengan buku ± 30 cm), memeriksa kuku, rambut, dan sebagainya.
8. Membantu murid mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, yang meliputi persiapan mental, penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi administratif penyelenggaraannya
Untuk ke-empat jenis upaya-upaya untuk mengatasi masalah pelayanan bimbingan belajar di Sekolah Dasar di atas tidak semua harus dilakukan dan dilaksanakan, namun dapat menyesuaikan dengan keadaan murid yang mengalami masalah belajar sehingga dalam pelayanannya dapat tepat tersalurkan ke murid.














BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penulisan makalah ini dengan judul “Masalah-masalah dan Upaya Pemecahannya Dalam Pelayanan Bimbingan Belajar di Sekolah Dasar” maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan belajar mengajar, selain mendapatkan pelajaran dari guru di kelas layanan bimbingan belajar juga sangat perlu dilakukan atau didapatkan oleh anak sehingga anak akan terbantu dalam belajar.
2. Sebelum melaksanakan layanan bimbingan belajar seorang guru atau pembimbing perlu mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi pada anak yang akan dibimbingnya sehingga pembimbing mengetahui bimbingan apa yang tepat untuk diberikan.
3. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar seorang pembimbing selain mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dari seorang anak juga harus memahami upaya-upaya yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dari anak tersebut agar dalam proses belajar, anak tidak terganggu dan akan terbantu dengan adanya suatu bimbingan belajar tersebut.
B. Saran
1. Setelah mengetahui tentang layanan, fungsi, prinsip-prinsip, dan tujuan bimbingan belajar maka penulis berharap sebagai seorang guru atau pembimbing dapat menerapkan dan memahami betul apa arti dan maksud dari masing-masing pengertian di atas sehingga dalam penerapannya tidak menyimpang atau keliru.
2. Setelah mengetahui tentang masalah-masalah yang muncul dari diri anak maka penulis mengharapkan para guru dan pembimbing harus paham masing-masing karakter anak agar anak dapat diidentifikasi untuk selanjutnya dilakukan bimbingan apa yang sesuai dan dibutuhkan pada diri anak.
3. Dengan adanya pelaksanaan bimbingan belajar diharapkan anak-anak yang kesulitan dalam belajar akan sangat terbantu dalam belajarnya sehingga tidak akan ada lagi anak yang tertinggal dalam pelajaran, namun akan memunculkan anak-anak yang berprestasi di bidangnya masing-masing.

















DAFTAR PUSTAKA

Amti, Erman & Marjohan. 1993. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud.
Amti, Erman & Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartadinata, Sunaryo. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Belajar Siswa di Sekolah. Kanisius: Yogyakarta.
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prayitno. 1976. Pelayanan Bimbingan di Sekolah (Dasar-dasar dan Kemungkinan Pelaksanaannya di Sekolah-Sekolah di Indonesia). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prayitno. 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: Depdikbud.
Purnomo, Puji. 2008. Modul Mata Kuliah Bimbingan di Sekolah Dasar. Yogyakarta. USD.
Tanlain,Wens. 2007. Modul Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: USD

laporan

LAPORAN OBSERVASI
MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU
DI MONUMEN JOGJA KEMBALI

SEJARAH PERJUANGAN MONUMEN JOGJA KEMBALI
1945 - 1949

Nama Kelompok:
Trisno Nugroho : (071122023)
Achmad Taufik Budi Kusumah : (071122032)
Paulus Haryoto : (071122033)
Purnomo : (071122034)
Prabowo Widodo : (071122076)
Dwi Hartanto : (071122094)

PROGRAM STUDI D-II PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
KATA PENGANTAR

























DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Observasi
B. Tujuan Observasi
C. Tempat Observasi
D. Waktu Pelaksanaan Observasi
E. Metode Observasi
BAB II ISI
A. Deskripsi Objek
B. Sejarah Objek
C. Pelaksanaan Kegiatan Observasi
D. Daftar Pertanyaan
E. Hasil Penelitian dan Pembahasan
F. Relevansi Dengan Mata Pelajaran di Sekolah Dasar
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Penutup
LAMPIRAN









BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Observasi
B. Tujuan Observasi
• Menyelesaikan tugas dari mata kuliah Pembelajaran Terpadu.
• Mahasiswa dapat menerapkan Pembelajaran Terpadu dengan memunculkan objek wisata sebagai acuannya.
• Mahasiswa dapat mengenal teknik-teknik Pembelajaran Terpadu
C. Tempat Observasi
Pesona Arsitektur
Monumen “Jogja Kembali”
Alamat: Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
Telp: (0274) 868225 dan 868239
D. Waktu Pelaksanaan Observasi
Kamis, 5 Maret 2009 ; jam 11.00 – 14.00
E. Metode Observasi
• Wawancara yaitu metode tanya jawab yang dilakukan pada waktu pelaksanaan observasi dengan pemandu yang ada di monumen tersebut dengan bantuan petanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.
• Pengamatan langsung yaitu sebuah metode yang dilakukan dengan mengamati langsung objek-objek yang ada di dalam Monumen Jogja Kembali atau di sekitar Monumen Jogja Kembali.

BAB II ISI
A. Deskripsi Objek
B. Sejarah Objek
C. Pelaksanaan Kegiatan Observasi
D. Daftar Pertanyaan
1. Dimana letak Monumen Jogja Kembali?
2. Mana saja batas-batas Monumen Jogja Kembali?
3. Apa saja yang terdapat dalam Monumen?
4. Apa alasan monumen Jogja Kembali dibuat?
5. Apa saja fasilitas yang terdapat dalam Monumen Jogja Kembali?
6. Siapa penggelola Monumen ini?
7. Bagaimana sejarah dibentuknya Monumen ini?
8. Siapa pendiri Monumen ini?
9. Kapan Monumen ini didirikan?
10. Bagaimana proses pembuatan Monumen ini?
11. Event – event apa saja yang pernah diadakan di Monumen Jogja Kembali?
12. Berapa jumlah pengunjung rata – rata tiap hari, bulan, dan tahun?
13. Berapa pemasukan dari Objek wisata ini?; digunakan untuk apa saja?; dan masuk kemana saja?
14. Berapa penggelola Monumen ini?
15. Adakah aturan-aturan bagi pengunjung? Apa saja?
16. Jam berapa Monumen dibuka dan ditutup untuk umum?
17. Bagaimana struktur organisasi di objek wisata ini?
18. Berapa luas wilayah objek wisata ini?
19. Adat istiadat apa saja yang sering dilakukan?
20. Dibagi berapa bagian wilayah Monumen ini?

E. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Gambaran umum Monumen Yogya Kembali.
Monumen Jogja Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan upacara tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Pakualam VIII.
Gagasan untuk mendirikan monumen ini dilontarkan oleh Kolonel Sugiarto selaku Walikotamadya Yogyakarta dalam Peringantan Yogya Kembali yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Yogyakarta tanggal 29 Juni 1983.
Dipilihnya nama Yogya Kembali, dengan maksud sebagai tetenger peristiwa sejarah ditarikya tentara pendudukan Belanda dari Ibukota Yogyakarta, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini sebagai tanda awal bebasnya Bangsa Indonesia secara nyata dari kekuasaan pemerintahan Belanda.
LOKASI-LOKASI MONUMEN YOGYA KEMBALI:

2. Pintu Masuk Barat
3. Pintu masuk timur
4. Parkir Kendaraan
5. Replika Pesawat Guntai
6. Toilet Barat
7. Tanggul keliling
8. Plasa Upacara
9. Dinding Rana Pahlawan
10. Pintu Masuk lantai I
11. Pintu Keluar lantai I
12. Kolam
13. Pintu masuk lantai II
14. Relief
15. Diorama
16. Garbha Graha
17. Genzet
18. Taman Pasir Putih
19. Taman bermain
20. Kios souvenir
21. Toilet Timur
22. Replika Pesawat Cureng

Pembangunan monumen dengan bentuk kerucut dan terdiri dari tiga lantai ini selesai dibangun dalam waktu 4 tahun. Monumen Yogya Kembali diresmikan pembukaannya oleh presiden pada tanggal 06 juli 1989.
PAMERAN TAMAN
Meriam PSU dengan kaliber 60 mm buatan Rusia, salah satu koleksi yang menghiasi taman dan dapat diabadikan saat anda berkunjung ke Monumen Yogya Kembali.
RANA DAFTAR NAMA PAHLAWAN
Dalam rana ini diabadikan sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III antara tanggal 19 desember 1948 s/d 29 juni 1949.
MUSEUM
Di lantai I terdapat empat ruang museum yang menyajikan benda-benda koleksi berupa :Realita, Replika, Foto, Dokumen, Heraldika, berbagai jenis Senjata, bentuk Evokatif Dapur Umum, yang kesemuanya menggambarkan suasana perang kemerdekaan 1945-1949.


PERPUSTAKAAN
Perpustakaan menggunakan satu ruang di lantai I, merupakan perpustakaan khusus yang menyediakan bahan-bahan referensi sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa indonesia dan dapat dimanfaatkan oleh umum.
RUANG SERBAGUNA
Berada dilantai I, terletak di tengah-tengah ruangan dilengkapi dengan panggung terbuka. Setiap hari sabtu dan minggu di ruang ini di gelar berbagai atraksi diantaranya: tari klasik, gamelan, juga musik electone dengan lagu-lagu perjuangan. Ruang serbaguna Monumen Yogya Kembali juga dapat dipergunakan untuk acara-acara pernikahan, saeminar, wisuda, dll, dengan fasilitas kursi, sound system, AC central.
RELIEF
Lapik luar dinding lingkaran lantai II yang m,elindungi tubuh monumen disajikan 40 buah relief perjuangan fisik dan diplomatik perjuangan bangsa indonesia sejak 17 agustus 1945 hingga 28 desember 1949.
DIORAMA
Di ruang dalam lantai II disajikan 10 episode diorama perjuangan fisik dan diplomatik bangsa indonesia 19 desember 1948 dengan ukuran life size.
Berikut urutan diorama yang terjadi mulai tahun 1948 – 1949:
a. Penyerbuan tentara Belanda di Lapangan Udara Maguwo 19 Desember 1948.
b. Jenderal Sudirman melapor pada Presiden bahwa ada serangan mendadak (Gedung Agung, 19 Desember 1948).
c. Presiden dan wakilnya diasingkan (Sumatra, 22 Desember 1948).
d. Perlawanan oleh rakyat tgl 23 Desember 1948.
e. Konsolidasi dan pembentukan sektor X (Ngotho, 26 Desember 1948)
f. Serangan umum 1 Maret 1949 di Jln. Trikora.
g. Penanda tanganan Roem-royen statement 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes Jakarta.
h. Penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta tgl. 29 Juni 1949.
i. Jenderal Sudirman tiba di yogyakarta 10 Juli 1949.
j. Peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia di depan Istana Gedung Agung Yogyakarta tgl. 17 Agustus 1949.
GRABHA GRAHA
Lantai III disebut juga ruang Grabha Graha atau ruang Hening (meditasi), diharapkan pengunjung dapat mensyukuri karunia Tuhan dan mohon agar para syuhada yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan dapat diterima di sisi Tuhan sesuai dengtan amal bhaktinya.
ARENA BERMAIN ANAK-ANAK
Kami sediakan arena bermain untuk anak-anak disekitar monumen maupun di taman antaranya Animal Boat, Pedal Kiddycar, Ayunan dll.
TAMAN MONUMEN YOGYA KEMBALI
Di taman barat maupun timur monumen dalam event-event tertentu seperti HUT Monumen Yogya Kembali, Hari Raya Idul fitri selalu diselenggarakan pentas seni tradisional diantaranya jatilan, campursari , keroncong,dll. Bagi pengunjung yang kegerahan kami sediakan tempat istirahat di taman.

PETA LOKASI MONUMEN YOGYA KEMBALI

Monumen Yogya Kembali di buka setiap hari Selasa sampai dengan hari Minggu jam 08.00 – 16.00 WIB.
Pada masa liburan sekolah, Monumen Yogya Kembali hari Senin dibuka jam 08.00 – 14.00.
2. Hasil wawancara
Manurut Bapak Gunadi (alamat: Badran JT I 766 Yogya 549056) yang menjadi salah satu pemandu wisata di Monumen tersebut menerangkan bahwa batas-batas Monumen Yogya Kembali adalah sebagai berikut:

Barat : Padukuhan Jombor
Timur : Padukuhan Lempong sari
Selatan : Padukuhan nandan
Utara : Padukuhan Serdan

Koleksi – koleksi yang terdapat di Monumen yaitu barang-barang sejarah peninggalan, senjata-senjata rampasan Jepang, meriam, tandu jenderal Sudirman yang di pakai di desa Beduyu, Wonosari.
Tujuan monumen di bangun yaitu untuk melestarikan nilai-nilai sejarah, sebagai penghargaan bagi para pahlawan dan merupakan tetenger sejarah serta sarana pendidikan.

3.



F. Relevansi Dengan Mata Pelajaran di Sekolah Dasar

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Penutup
LAMPIRAN